Sebenernya bukan karena latah dengan gosip yang wara-wiri di televisi tenteng pernikahan anak pesohor, nia daniati yang pasca pesta ribu-ribut di media sosial. saya termasuk yang kurang setuju dengan kebanyakan budaya pesta pernikahan dimewahkan, diada-adakan, diusaha-usahakan, bahkan rela berhutang.
Pernyataan bahwa pesta pernikahan sekali seumur hidup memang benar adannya, tapi bukan berarti kita kudu memaksakan untuk membuat acara pernikahan diluar kemampuan kita, dulu sewaktu akan menikah, saya justru meminta kepada orang tua untuk menikah saja, tanpa ada pesta yang meriah dan menguras kantong, karena menurut saya mending uangnnya digunakan untuk modal kita mulai membina rumah tangga, tapi ya begitulah, tak hendak orang tua mengabulkan keinginan saya, meski saya bersikukuh untuk menikah saja, orang tua tetap membuatkan pesta yang cukup meriah dipernikahan saya.
Masalahnya, saya justru heran saat ini, disekitar saya, beberapa pasangan muda yang akan menikah, justru pake acara mengancam kedua orang tuanya untuk membuatkan pesta yang meriah, padahal mereka sendiri belum mapan secara financial, bahkan ada yang masih fresh graduate, kalo si orang tua kaya, pastinya itu bukan merupakan suatu masalah, tapi kalo ga punya, kudu jual tanah, atau jual ternak, menurut saya itu permintaan yang terlalu berlebihan.
Kita sebenarnya paham bahwa dalam agama kita juga tidak ada anjuran untuk mengelar pesta pernikahan secara berlebihan, semampunya saja, yang terpenting dari proses pernikahan tentu saja adalah akad nikah, ada mahar, ada wali, saksi, serta pak penghulu. selebihnya hanyalah seremonial pelengkap, budaya daerah kita masing-masing.
Menggelar pesta sederhana dengan ratusan undangan saja, membutuhkan puluhan juta rupiah, sementara sebagai keluarga baru, tentu juga memerlukan materi yang tidak sedikit untuk membangun keluarga baru, perlu tempat tinggal dan perkakas rumah tangga baru. belum lagi jika pasangan pengantin sama-sama belum mapan, tidak semua pasangan pengantin sudah dalam keadaan mapan, ada yang saat menikah sama-sama belum bekerja, daripada uangnya buat pesta, mending buat modal membuka usaha, kan ga lucu habis menikah, ga ada kerjaan, menanggung hutang pula.
Sering juga sih dengan berbagai dalih, pesta pernikahan dipaksakan ada, mereka lebih kuatir mendengar cemoohan tetangga, padahal kalo dipikir, berapa kuat orang akan bergunjing, nanti juga mereka diam sendiri.
Mengadakan pesta tentu saja boleh, tapi hendaknya kita juga mengukur kemampuan kita, jika kita hanya mampu mengundang seratus orang, kenapa harus memaksa menjadi seribu, karena sahnya sebuah pernikahan bukan karena adanya seribu undangan.
gambar : republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung & meninggalkan komentar, tunggu kunjungan balik saya
If you follow my blog, I will do too