everything

Rabu, 26 Agustus 2015

Anugrah Yang Diharapkan

Saya termasuk wanita yang bisa dikatakan terlambat dalam berumah tangga,  menikah pada 7 Desember 2009, satu bulan kemudian usia saya genap 32 Tahun. Bersyukur sekali tepat satu bulan setelah menikah sayapun hamil, Alloh maha baik. Alhamdulilah.

Prosese hamil hingga melahirkan anak pertama lewat dengan lancar, seperti layaknya ibu-ibu lainnya. Hamil diusia 32 tahun memang cukup aduhai, tiap bangun tidur saya merasakan pegal-pegal, serasa baru mengerjakan  pekerjaan yang teramat berat, punggung hingga pinggang sakit rasanya. Belum lagi mual dan muntah tiap pagi dan sore mewarnai minggu-minggu ditrimester pertama yang terasa panjang.

Anak pertamapun lahir secara normal, meskipun melalui proses induksi semalaman yang sakitnya sungguh luar biasa. Begitu putri cantik kami lahir, sulit melukiskan bagaimana perasaan saya waktu itu, teramat sangat bahagia, semua sakit yang mendera hilang seketika. Proses IMD tidak dilaksanakan, yang saya ingat, bayi mungil itu diperlihatkan kepada saya sangat sebentar lantas dibawa oleh seorang perawat entah kemana. Saya masih harus melewati proses melahirkan lainnya. Aleta Sasikirani, begitulah kami menamainya, putri pemberani yang secantik bulan purnama, Tata panggilannya.

tata dan sepupunya di Bengkulu
Usia, Usia, itulah pertimbangannya, baru 18 bulan umur Tata dan sedang sangat lucu, butuh perhatian ekstra, sayapun hamil anak kedua. Proses yang kurang lebih sama dengan anak pertama, saat itu usia saya 34 Tahun, kehamilan semakin berat, rasa lelah yang mendera semakin menjadi, tensi yang sangat rendah hingga saya terpaksa di infus dirumah karena tidak sanggup berdiri. Untungnya Tata anak yang baik, tidak begitu rewel sepanjang kehamilan.

Proses menyusui langsung saya hentikan, sependek pengetahuan saya, ibu hamil dilarang menyusui, namun setelah banyak membaca tentang kehamilan dari internet, ternyata ibu hamil boleh saja menyusui asalkan mampu, mampu dalam dengan menyusui kesehatan ibu tidak terganggu dan calon janin juga tidakakan kekurangan asupan makanan. Yes, dibulan terakhir kehamilan tatapun mulai menyusu lagi, sayapun berjanji dalam hati, jika nanti saat anak kedua lahir, ASInya banyak, saya kan menyususi Tata lagi (saat tata lahir hingga 18 bulan, produksi ASI hanya sedikit, Tata masih dibantu suffor).

Doa saya di kabulkan Alloh SWT, melalui pilihan operasi cesar, anak kedua saya lahir, berjenis kelamin laki-laki, dengan berat 3,6 kg dan panjang 50 cm, Alhamdulilah ASI lumayan deras, kami beri nama Thariq Ali Umran. Tidak perlu sufor dan saat agak banjir, Tata dengan senang hati menampungnya. Bahkan saat kami masih menginap dirumah sakit, saya sudah menyusui bergantian, rencana agar Tata tidak menginap di rumah sakit tidak tercapai. Saya tidak kuat untuk tidak bertemu Tata. 

Menyusui 2 anak mewarnai hari-hari saya, pokoknya seru, sebelah tata, sebelah thoriq karena terkadang tidak mau bergantian, dan alhamdulilah sekali, thorik tidak pernah merasa keberatan, mereka malah nenen sambil bercandaan dan saya....ibu yang sangat bahagia menatap dua pasang mata mereka. Januari kemarin, Thoriq genap berusia 2 tahun, proses sapih pun sangat mudah dan tidak ada drama menangis serta rewel semalaman, sang kakak pun sudah bisa diberi pengertian untuk tidak nenen, saat itu usianya sudah 4 tahun lebih.

Dua anak, perempuan dan laki-laki, menurut banyak orang, saya sangat beruntung, ya benar, tapi saya tak pernah berhenti meminta pada Alloh SWT akan semua itu, saat anak pertama saya begitu ingin anak perempun dan ketika merencanakan yang kedua, tak henti kami berdoa dan berusaha, saya mencari bagaimana bisa mendapatkan anak laki-laki secara medis, kamipun melakukannya. Atas kuasa Alloh jualah doa saya dikabulkan. Maka saya semakin yakin, doa kita yang baik-baik, insha Alloh akan dikabulkan.

mancing ikan
Terinspirasi dari wanita-wanita beranak banyak, ibu saya, mertua, istri aa gym, ibu ida nur laila (sahabat blogger), serta banyak profil wanita muslimah sukses dimajalah ummi yang rata-rata punya anak banyak, melecut semangat saya untuk punya anak lagi. Saya bilang sama suami segera tambah momongan sebelum usia saya 40. Suami setuju sekali, tapi dia bilang abis lebaran saja, pertimbangannya saat menjelang lebaran, salon kecil saya membutukan tenaga eksta, kasian pelanggan jika saya hamil akan banyak kecewa, saat hamil muda bisanya saya harus banyak istirahat dan tidak bisa bekerja, meskipun ada beberapa asisten yang membantu, saat ramai saya harus turun tangan juga. Ada-ada saja alasan suami, tapi saya memang sudah tidak pakai alat kontrasepsi, doa saya semoga segera hamil.

Pertengan puasa kemarin saya sempet tes, ternyata negatif. Saya cukup sedih, tapi sudahlah artinya saya masih bisa puasa, kerja dan menikmati lebaran dengan jalan-jalan, semoga abis lebaran benar-benar hamil.

Tanggal 17 Agustus pagi, bangun tidur langsung ambil tespack, sebenarnya belum telat haidnya, tapi karena sudah tidak sabar ya sudah tes saja, lagi-lagi negatif, kesal, langsung buang ke plastik sampah. perasaan tetap kurang lega hingga sore hari, saya sangat yakin kalau saya hamil, maka plastik sampah jadi sasaran, syukur tespacknya tidak kotor, masih didalam plastiknya, meski bercampur dengan aneka sampah dapur seperti kulit bawang, bonggol sawi, cabe dan parutan kelapa. Saya lihat lagi baik-baik, Ya Alloh, saya bersorak kecil..., ternyata positif. Terima kasih ya Alloh, saya langsung memeluk suami yang asyik di depan laptop dan menunjukan tespacknya. Raut bahagia terpancar dari wajahnya.


Untuk meyakinkan, dua hari kemudian saya tes lagi dengan alat uji kehamilan yang lebih akurat, hasilnya tetap positif. Saat ini usia kehailan saya memasuki minggu ke-6 terhitung dari HPHT bulan lalu.

Begitulah ternyata Alloh SWT menganugrahkan saya kebahagian, kehamilan yang telah saya nantikan, perjalanan tentu masih panjang, doa tak putus saya panjatkan agar diberi kelancaran hingga putra ke-3 nanti lahir (harapannya cowok), agar hamil kali ini juga tidak merasakan mual, muntah dan pusing karena saya juga harus mengasuh 2 anak yang masih balita.



"Blessful August Giveaways by indahnuria.com"















Selasa, 25 Agustus 2015

Ketika Ibunda Sakit

sumber : moeflich.wordpress.com
Beberapa waktu yang lalu saya menjenguk saudara yang sakit, sepertinya sakitnya lumayan parah sehingga harus di rujuk ke rumah sakit provinsi sebelah yang jaraknya kurang lebih 400 km. dari raut wajah ibu itu sungguh nampak wajah yang kesakitan, setiap kali bergerak, baik berusaha duduk atau miring, tampak meringis menahan rasa sakit. 

Beliau hanya memiliki seorang anak yang berusia sekitar lima belas tahun, seorang perempuan yang saat ini duduk di kelas 3 SMP, saat kami datang sang putri sedang tiduran dengan hp di tangan. postur tubuhnya tinggi,yang jelas lebih tinggi dari saya. tapi tampak sekali prilakunya masih sangat kanak-kanak, mungkin karena anak sematawayang. jaman saya bahkan kelas 3 SD sudah ditugasi menanak nasi, itupun menggunakan kayu bakar, apalagi kelas 3 SMP, urusan masak ibu saya sudah tidak tau menau. oh mudahnya masa kini bagi anak-anak.

Sang putri  tidak mau ikut menemani ibunya di rumah sakit tempat operasi esok, dengan alasan tidak bisa sekolah, saat kami semua akan pulang (kebetulan bareng dengan 2 adik iparnya), si ibu menangis, meminta iparnya itu untuk ikut, namun karena si ipar juga memiliki orang tua yang sangat renta, tentu beliau tidak dapat menyanggupi, saya hanya mendengar cerita dari si iparnya saja. karena waktu itu saya keluar lebih dulu, anak-anak keburu rewel.

Sewaktu di rumah sakit tadi, si ibu sempat mandi, sayapun ikut membantu sebisanya, betapa repotnya orang sakit membuka baju, buka bra,  kekamar mandi, pasang baju lagi, membereskan pakaian yang berserak, memasang mukena (sholat hanya bisa sambil duduk). sungguh semua itu tidak bisa dilakukan seorang diri.

Sampai di rumah saya masih saja kepikiran soal ini, iya benar si suami/ayah anak gadis itu mendampingi, tapi satu orang saja menjaga orang sakit tentu tidak mudah,  ayahnya pasti akan sibuk mengurus berbagai urusan administrasi, belum lagi saat si ayah kelelahan. Saat kami bertanya apa anaknya tidak ikut, si ibu menjawab pelan "tidak mau" dengan muka yang menurut saya sedih.

Dan bukannya juga saat sang putri ada disebelah ibunya, mendampingi saat beliau sakit adalah salah satu obat mujarab, bukankah tertinggal pelajaran 1 minggu atau sebulan itu bukan suatu masalah demi menjaga ibu kita satu-satunya. Terlalu tinggikah harapan saya ini untuk anak berusia 15 tahun.... entahlah. Saya hanya manusia biasa, mungkin juga punya pemikiran yang salah, bagaimana menurut kalian....?.  









Rabu, 19 Agustus 2015

Ngubek-ngubek Tespack di Tempat Sampah

Ceritanya saya sudah pengen nambah momongan sejak Thariq 2 tahun bulan Januari kemarin. Alat kontrasepsi spiral yang saya gunakan pun sudah di buka sejak november tahun lalu, saya pikir kalau hamil yang gak apa-apa meskipun sekecil waktu itu belum genap 2 tahun. 

Beberapa teman dekat yang sering ngobrol dengan saya sampai heran, anak sudah 2 orang, laki-laki dan perempuan pula, masih juga mau hamil lagi. Saya terinspirasi dari ibu dan mertua, ibu saya punya 5 orang anak dan mertua 7, kami berasal dari keluarga yang ramai. kalau ditanya "apa gak takut repot" pasti repot, 2 anak saja repot, apalagi tiga, tapi itu semua tidak menyurutkan semangat saya untuk tambah anak lagi.

Pengalaman selama 2 kali menyusui berakibat pada saya tidak haid, pada anak pertama saya tidak haid sampai 17 bulan, ketika haid bulan depannya langsung hamil, pun ketika anak kedua lahir, karena sudah 2 anak sehingga saya langsung pasang spiral. Saat itu saya kuatir saja kalau langsung hamil lagi jika tidak pakai alat kontrasepsi, sementara adik baru lahir dan si mbak baru 2 tahun 4 bulan.

Kejadian tidak haid berulang lagi, sampai spiral dilepaspun belum juga haid, bagaimana mungkin bisa hamil kalau haid saja tidak, alhamdulilah tepat sikecil 2 tahun saya haid, tapi suami bilang nanti saja habis lebaran hamilnya, sebenarnya saya mau sesegera mungkin, mengingat umur saya sudah diatas 35, sependek yang saya tau, usia segitu sudah rawan untuk hamil.

Bulan ramadhan lalu, saya berharap hamil, tapi setelah di tes, ternyata negatif, saya sedih sekali, kok susah sekali saya hamil lagi, tapi saya juga tidak berhenti berdoa sama Alloh SWT semoga secepatnya bisa hamil, hari ke-4 lebaranpun masih haid, hmm... sedih.

Tanggal 17 agustus pagi, iseng saya tes lagi, sudah penuh harapan bahwa hari itu bakal positif, dengan tespack Rp. 5.000,- saya tes, lagi-lagi saya harus menelan rasa sedih, hanya nongol satu garis, langsung lapor sama suami belum juga hamil, lantas kami berdua terdiam. Tespack langsung dibuang ketempat sampah saking sedihnya, memang saya belum telat. gak sabar saja rasanya pengen segera hamil.

Seharian masih juga mikirin kenapa saya tidak hamil, padahal firasat saya atau mungkin memang hanya harapan saya saja yang terlalu besar, saya merasa bahwa saya hamil, tiap bangun tidur merasa punggung begitu sakit, seperti habis mengerjakan pekerjaan yang begitu berat, 2 kali hamil rasanya seperti itu.

Sampai sore hari ketika hendak mandi, tidak tahan lagi dengan rasa penasaran yang menumpuk didada, saya cari lagi tespack dalam plastik sampah, saya korek-korek diantara kulit bawang, sampah sayur, parutan kelapa, akhirnya dapat juga, tespecknya tidak kotor karena saya masukan dalam platik pembungkusnya, saya lihat lagi baik-baik. Ternyata saudara-saudara...... garisnya dua, saya langsung memperlihatkan sama suami yang lagi asyik di depan laptop, kamipun langsung berpelukan dan berucap " alhamdulilah ya Alloh....".


tespack kedua, lebih meyakinkan.... Alhamdulilah.

Semoga kehamilan ke3 ini lebih mudah dari 2 kehamilan sebelumnya, semoga tidak ada lagi drama diinfus dan mual hingga muntah berdarah. Lancarkan semuanya ya Alloh ya robbal alamin.