everything

Senin, 27 April 2015

Keluarga Genhalilintar






Jadi beberapa hari yang lalu gak ada kegiatan, biasanya itu saatnya saya blogwalking, kegiatan asyik yang mendatangkan banyak sekali manfaat buat saya, meski aktifitas hanya di rumah, kalo bisa wawasan gak cuma sebatas rumah kan? absolutely yes.


Nah hasil BW kemarin yang paling bikin penasaran adalah review tentang  buku Kesebelasan Genhalilintar, apa sih yang bikin menarik dan bikin penasaran, kalo saya sih semua tentang keluarga ini bikin saya penasaran. sebagai praktisi ibu rumah tangga (istilah apa itu...) dengan 2 anak saja, saya masih sering kualahan menjalankan seluruh aktifitas harian, lah ini sebelas anak tanpa pengasuh, sering pulak keluar negri. gilak...

Pak suami yang bernama Halilintar, dan istrinya adalah Lenggogeni, anaknya sebelas orang, meskipun anaknya sangat banyak, tapi keluarga ini tidak menggunakan jasa baby sitter atau ART, semua dilakukan sendiri, karena setiap anggota punya peran masing-masing, ada yang bagian masak, mencuci, membersihkan rumah.

Yang lebih menarik, tiap minggu mereka jalan-jalan, seluruh keluarga, menginap di hotel, kebayangkan 13 orang tiap minggu berlibur, berapa uang yang harus dikeluarkan untuk tiket pesawat, hotel dan makan, dan ternyata mereka memang mampu #melongo lagi saya.

Trus kalo tiap minggu jalan-jalan, gimana dengan sekolahnya,  gak mungkin diabaikan oleh  pak Hali dan bu Gen, secara mereka berdua juga alumni UI,  beberpa anak sempet juga sekolah di sekolah umum, tapi sekarang mereka semua homescooling, supaya bisa sering jalan-jalan sambil terus menjalanakan bisnis.

Berita tentang keluarga ini lagi ngehits banget sepertinya, di TV juga  sering banget muncul, barusan juga nongol di acara silet, keluarga ini sudah jadi selebiriti. tapi menurut saya memang keluarga ini hebat banget, sangat inspiratif, membuka mata saya bahwa punya anak banyak itu mungkin saja. nah yuk siap-siap rencanain punya anak lagi, biar kayak pak Heli dan  bu Gen, hahaha.

Saya jadi penasaran banget dengan buku satu ini, lagi berusaha mendapatkannya, biar bisa tau lebih banyak tentang keluarga unik ini...

sumber : http://www.jawapos.com/baca/artikel/14760/Ke-Mana-Mana-Pergi-Bersama-Sekolah-pun-di-Mobil












Senin, 20 April 2015

Luka Hati Karsinah (bag 2)

Apakah mungkin perempuan yang membeli makanan di warung sebelah tadi adalah perempuan itu, perempuan itu agak salah tingkah, sebentar-sebentar melihat pada Karsinah yang sibuk melayani bocah-bocah yang mengerubuti jajannya, ah entah lah batin Karsinah, meski berusaha keras melupakannya, tapi kelebatan wajah perempuan itu menari-nari dibenak Karsinah.

Karsinah menyibukan diri dengan dengan segala aktifitasnya, pergi mencari bahan baku daganganya esok pagi, mengerjakan pekerjaan rumah yang selama ini tak pernah di bantu oleh suaminya,telah terbiasa sedari kecil ia bekerja keras, pekerjaan macam begini masih kuat dikerjakannya seorang diri.

Tak ada guna mengeluh, karena tak juga mengurangi bebannya, keluh kesah hanya membuat energinya semakin habis, mendadak handphonenya bergetar, hp jadul murah yang dibelinya sebesar seratus ribu, yang hanya digunakan Karsinah untuk sms dan bertelepon dengan suami dan sanak saudara, tak terbeli smartphone yang super canggih, bahkan Karsinah tak tau apa itu smartphone.

Dengan terburu-buru Karsinah mengambil hp yang terletak diatas amben yang penuh sesak barang-barang aneka rupa, pernak-pernik dagangannya. Apakah dari suaminya, yang sampai hari menjelang magrib begini belum juga pulang. Dibukanya isi sms itu..

“hey perempuan tua, keriput, suamimu tak suka lagi denganmu, dia lebih suka dengan ku”

Kaget setengah mati Karsinah membaca sms degan kata-kata seperti itu, pengirinya tanpa nama, pertanda dari nomor baru,dan berarti juga perempuan, dengan isi semacam itu, Karsinah menebak suaminya memberikan no hpnya pada perempuan itu, yang kabarnya seorang janda dengan 2 anak.

Perempuan macam apa yang tega menulis kata-kata kasar seperti itu, dan tega mengirimkan pada dirinya, bermacam pikiran berkecamuk dikepalanya, hatinya semakin tidak tenang.ia berusaha menyembunyikan keresahannya, disuruhnya kedua bocah yang sedari tadi ikut berkutat didapurnya itu untuk mandi.

“sopo Bu, bapak po”


“Wes ra penting, mandi nduk, le, ndang mangkat ngaji”

Dua Ibu Mertua

sumber :selingkaran.com
Saya mungkin adalah sebagian perempuan yang beruntung dimuka bumi ini, memiliki 2 ibu mertua sekaligus, loh kok? pasti mikirnya pak mertua punya 2 istri....swear! bukan itu penyebabnya, tapi sedari kecil, kira-kira umur setahun lebih, suami diasuh oleh kakak dari ibunya hingga selesai sekolah menengah, tapi bukan berarti hubungan dengan ibu kandungnya tidak baik, saat liburan sekolah pak suami dulu sering berlibur dirumah ibu kandungnya.

Kedua ibu mertua saya ini asli Wonogiri, karena desanya terkena proyek irigasi gajah mungkur, maka sekitar akhir tahun 1979 mereka ikut program transmigrasi bedol desa, ibu kandung suami di tempatkan di daerah kab Tebo, mengikuti ibunya, beliau masih gadis waktu itu, sementara kakaknya yang telah bersuami di tempatkan di kabupaten Darmasraya, Provinsi Sumatera Barat, jarak Tebo - Darmasraya sekitar 150 km.

Kedua ibu mertua saya ini punya karakter yang sangat jauh berbeda, walaupun kakak adik, tidak selalu memiliki karakter yang sama, ibu kandung suami agak sedikit talkative, sementara ibu satu lagi pediam, tapi intinya dua mertua saya ini baik.

Mempunyai dua ibu mertua itu  seru, anak-anak jadi punya banyak mbah putri, saudarapun jadi tambah banyak, kami pun jadi sering jalan-jalan, kalo ibu mertua kandung sih gak jauh rumahnya dari tempat kami, cuma sekitar 20 km, suami masih sempat mampir saat pulang kerja, kamipun sering sekedar bermalam minggu kerumah beliau.

Ibu yang satu ini sangat hebat, kesehariannya membantu nderes pak mertua,belum lagi mengerjakan pekerjaan rumah, dengan 7 orang anak, bisa dibayakan repotnya mengurus 7 anak, menurut suami, ibu mertua susah beranjak dari dapur, memasak, memasak dan memasak, maklum kala itu semua masih serba sulit di daerah trans yang belum menghasilkan, saya anak dua aja sudah teriak-teriak, padahal masak tak perlu lagi pakai tungku dan kayu bakar. 

Namun demikian beliau dengan kebersahajaannya mampu menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi,  5 orang telah selesai menjadi sarjana, 1 orang sedang skripsi dan si bungsu masih di sekolah menengah. Tiga orang anaknya telah menjadi pegawai negri, untuk daerah sini, itu adalah prestasi yang luar biasa, sementara banyak tetangga anak-anaknya hanya mampu sekolah hingga sekolah menengah.

Begitupun ibu mertua satunya, saat ada waktu libur agak banyak biasanya kita berkunjung kesana, ibu mertua saya ini hanya tinggal berdua, karena anak-anaknya sudah berkeluarga semua, kebetulan beliau hanya memiliki 2 anak perempuan, plus satu anak lelaki yaitu suami saya ini. Alhamdulilah mereka berdua masih sehat, masih mampu bertani, meskipun sebagian pekerjaannya diupah, saya hampir tidak pernah beli beras karena selalu mendapat kiriman dari beliau, tuh kan, how lucky me.

Ibu mertua ini yang merawat suami dari kecil, menurut beliau, dulu waktu kecil suami suka nonton tv tempat tetangga, kalau sudah tidur digendong dan dibawa pulang, saat nglilir, suami kecil nangis dan minta antar lagi nonton tv, kebayangkan tengah malam beliau ngantar lagi kerumah tetangga, padahal rumahnya sudah tutup, karena anak laki-laki satu-satunya, ibu juga sering membelikan lauk istimewa saat hari pasar, begitu cerita yang saya dengar.

Mendengar kisah bagaimana suami saya dibesarkan, dengan segala keterbatasan masa itu,membuat saya harus mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua ibu mertua, yang telah mengasuh serta mendidik suami saya hingga menjadi seperti saat ini, tak terkira peluh yang mengalir untuk mengurus suami kecil(katanya suami kecil lumayan nakal #sssth), mengeluarkan rupiah yang tak mampu kami menghitung untuk membesarkan dan membiayainya, bahkan mungkin baju sendiri tak terbeli,tapi yang terbaik malah diberikan untuk anak-anaknya.

Saat suami dewasa, bahkan mungkin belum sempat memberikan bakti kepada kedua orang tuanya, belum sempat membelikan sepotong pakaian atau barang lain hasil keringatnya, dengan iklas sang ibu merelakannya untuk perempuan lain, ialah saya, wanita beruntung yang mendapatkan lelaki itu, lelaki yang telah didik dengan keras oleh kedua ibunya.






Tulisan ini dibuat untuk meramaikan event hari Kartini lewat Kumpulan Emak Emak Blogger



Senin, 13 April 2015

Maling

Kemarin, lampu luar ruko sebelah ilang, selidik punya selidik, deretan kami ini sering banget keilangan lampu, loket ynag jaraknya 12 m dari tempat kami ini juga sudah dua kali keilangan lampu, tetangga lain selama 1 minggu, 2 kali juga keilangan lampu.

Saya sendiri pernah kehilangan kunci starter genset, untung saja masih punya kunci serep, bayangkan kalo tidak punya, apa kami para perempuan dirumah ini kudu ngengkol genset, huhuhu.

Maling-maling ini sungguh keterlaluan, bahkan menurut suami, tanaman disekolah juga sempet pada ilang, temen yang kerja di tata kota sampe pusing, bunga-bunga yang di tanam di taman yang baru di bangun juga beberapa ilang, waduh...klelewatan sekali kan, ini jenis kelamin malingnya apa sih, sampai doyan tanaman juga...

Kehilangan  sesuatu karena keteledoran sendiri saja keselnya minta ampun, apalagi jika diambil maling, yang jelas2 sengaja, keseeeeel banget, memang sih cuma sekedar lampu, tapi kan jadi kudu beli lagi.

Kenapa juga ada jiwa maling seperti ini, sadar gak sih para maling itu kalo hoby mereka itu bikin kesel, bikin rugi, sakitnya tuh disini..#nunjukdadadandompet.

Maling kok hoby, iya ternyata ada yang hobi maling, seneng aja kali para maling ini meliat orang sebel.

Saya berdoa semoga para maling ini cepat diberi kesadaran sama Alloh, supaya gak maling lagi, banyak hobi lain kan selain maling, ngasah batu cincin kek, mancing kek, apalah gitu yang bermanfaat dan gak nyebelin...








Jumat, 10 April 2015

Setelah 25 Tahun

Jadi ceritanya kemarin, saya, suami dan anak2 main ke Bungo, nganterin teman beli bahan buat baju, sambil cuci-cuci mata, abis itu ngajakin anak main di lantai bawah hypermart, sayapun ikut ikutan ngejar2 toriq mandi bola.


Tiba-tiba saya bersitatap dengan seorang perempuan, kok kayaknya kenal ya..., tapi kok di sini gak mungkin banget, secara si mbak tinggalnya memang di kota Jambi, rasa penasaran bergemuruh, mau tanya tapi kuatir salah, kami bertatapan lagi mbak nya langsung teriak manggil saya.



Terjadilah adegan bersalaman, berpelukan, waduh....,  si mbak adalah teman sekelas kakak saya, alias juga kakak kelas saya semasa SMA,  dan adik si mbak ini temen SD saya, temen ngaji juga, si mbak kemudian memanggil adiknya. malah dengan temen saya ini sejak tamat SD gak pernah lagi ketemu.



Sayapun menyalaminnya, tapi...ya ampun, asli saya gak kenal ma teman saya, dia juga sepertinya gak ingat sama saya, masing-masing kami pasti menerka-nerka wajah kita dulu yang mana dalam benak masing-masing, 25 tahun yang lalu, dan bertemu sekarang, teman saya sudah punya anak 3 dan saya 2, andai tidak ada  mbaknya, asli saya gak bakalan tau dia itu teman saya dulu.



25 tahun ternyata mengubah banyak hal, terutama fisik, kami yang dulu masih bocah, dan sekarang bertemu lagi, malah kami masing-masing sudah punya bocah, rasanya masih kepikiran saja, kok dia bapak2 banget, ya ampun ya iyalah anaknya 3, dia juga pasti mikir, kok saya ibu-ibu banget, saya aja mungkin yang suka gak sadar, saya juga asli emak-emak

Kamis, 09 April 2015

Coret-Coret

Si kecilku yang ganteng ini sedang top-topnya dalam urusan pegang spidol, awalnya sih cuma membiasakan mbaknya tulis-tulis di papan, biar makin lancar menulis angka maupun huruf, tapi Thoriq tentu gak mau ketinggalan, malah sering ngrecokin dan gak mau kalah sama mbaknya, kalau mbak pegang spidol thoriq juga kudu pegang spidol,

Sebenarnya kami sudah menyediakan papan tulis yang ukurannya 200 cm x 140 cm, menurut ayahnya sih sudah cukup besar buat mereka main spidol, tapi kenyataanya gak cukup juga, mulai dari meja kursi, tv, ceret, mejikom pun kena aksi coret Thoriq, kalau mbak sih sudah mulai ngerti mana yang boleh dan mana yang gak boleh untuk nulis.

Gak cukup benda-benda tadi loh ya, hampir seluruh dinding mulai dari yang dekat papan tulis hingga kekamarpun semua dicoret2,  bakat jadi pelukis mungkin nanti ya, atau jadi kartunis... amin.

Pernah juga sih saya kesel banget, abis sprei yang baru  beli sekitar sebulan, tanpa sepengetahuan saya di coret-coret juga, kalo sprei lama sih jangan ditanya, sudah lama digambarnya, jelas saja saya muring-muring, tapi kata suami, biarin saja cuma sprei saja kok,

Sebagai ibu-ibu biasalah ya, aksi coret-coret ini sering bikin kesel, biarpun pakai spidol khusus untuk whiteboard tetep juga gak bisa ilang jika dicuci, maka keren-kerenlah pernak-pernik barang dirumah saya, lebih artistik karena sudah diberi gambar-gambar abstrak oleh Thoriq.
Kalau mikir barang jadi pada antik gitu, sering terbit juga rasa malu, membayangkan kalau-kalau ada tamu, hua... dindingnya apik banget. kalau sudah gitu sih saya langsung mikir gini, ih masa kecil anak-anak gak lama ini, nikmatin saja, mengasuh dan mendidik anak memang tidak mudah, karena itu hadiahnya surga, kalau mendidik anak mudah  hadiahnya cuma voucer pulsa #ngutipmajalahummi.








Rabu, 08 April 2015

Luka Hati Karsinah

Namanya Karsinah, dengan 2 orang anak yang pertama adalah perempuan dan sibungsu laki-laki, sehari-hari ia berjualan disebuah sekolah SMP dimana suaminya menjadi pelayan, meskipun seorang pelayan namun bersyukur, suami telah diangkat menjadi pegawai negri bersama para tenaga honorer beberapa tahun yang silam. tak terkira bahagia Karsinah memiliki suami dengan status pegawai negri, bagi Karsinah yang tinggal di desa nan jauh dari kota, status pegawai negri bukan main efeknya, terhormat di mata masyarakat tentunya.

Tak hanya berjualan jajanan disekolah, Karsinahpun juga menambah penghasilan dengan menderes, sebagaimana lazim masyarakat disekitarnya yang mata pencarian utama adalah bertani karet dan sawit, deres kebun milik orang lain tak apalah, karenan  kebun sendiri tak punya, bahkan kebun milik mertua yang diwariskan pada suamipun telah terjual.

Hingga kini Karsinah masih menumpang tinggal dirumah papan yang dibangun ditanah milik sekolah itu, hasil berjualan cukup lumayan, seribu dua ribu untung dikumpulkan, bahkan untuk jajan tertentu paling hanya dapat untuk  tiga ratus rupiah perbungkusnya, begitulah hidup bagi Karsinah, penuh perjuangan.

Malam hari ia menyiapkan barang jualan, beberapa dibuat sendiri semacam bakwan, tahu goreng,tempe goreng, pisang goreng, pagi-pagi  selesai solat subuh Karsinah terlebih dahulu nderes kebun yang tak seberapa luasnya sebelum menjajakan jualannya.

Sadar betul  tak cukup hanya pada gaji suami yang tak ada lagi sisa, telah terpotong tiap bulan untuk membayar hutang selama 15 tahun, bahkan Karsinah tak tau kemana habisnya uang pinjamn suaminya dulu, yang jelas kini ia harus bekerja keras bahkan untuk membelikan sebungkus rokok buat suami, belum lagi biaya hidup sehari-hari,  semua hasil jerih payah Karsinah.

Beberapa hari ini hati Karsinah dilanda ngelisah dan amarah, ia mendengar kasak-kusuk tetangga bahwa suaminya bermain mata dengan perempuan desa sebelah,telah seminggu pula suami tak tidur dirumah, memang sebulan ini suami kerap mondarmandir bahkan tidur dirumah mertua yang tak pula begitu jauh dari rumah Karsinah.

Karsinah hanya dapat menceritakan gundah hatinya pada bude Rumini beserta suaminya yang tinggal tepat diseberang jalan rumahnya. bercerita memang tak mnegubah semuanya, tapi setidaknya sedikit tumpukan beban didanya terangkat.

Mungkin banyak yang mengatakan bahwa Karsinah perempuan bodoh, bukan rahasia lagi, suami yang temperamental, suka marah-marah kepada anak, suka berjudi, bahkan suami pernah menggadaikan motor mertua untuk berjudi, yang lebih membuat Karsinah tak berdaya, bahkan mertua tak pernah membela Karsinah dengan kesalahan anaknya. mertua malah terus menyalahkan Karsinah sebagai istri tak berguna yang menghabiskan harta suaminya. Karsinah menelan ludah, ngilu sekali hatinya.

Tak hanya itu, menurut bude Rumini,  Karsinah mendengar bahwa suaminya juga kerap bermain perempuan, tapi Karsinah belum bisa membuktikannya meski sebagian hatinya percaya akan hal itu, entah apa yang membuat Karsinah mampu bertahan selama ini.

Teringat beberapa waktu yang lalu, suami yang juga nyambi membuat perabot semacam lemari, kusen, pintu, jendela dan semacamnya. kala Karsinah pulang mendapati sebungkus nasi didekat suaminya, tak pelak di remasnya bungkus nasi itu dengan amarah luar biasa.

"pasti ini dari perempuan itu" teriak Karsinah lirih, tak mau amarahnya terdengar oleh kedua anak mereka.

Suami Karsinah tetap diam, melemparkan martil kesudut ruangan dan berlalau pergi, hati Karsinah bagai dirajam sembilu. (bersambung)



Sabtu, 04 April 2015

Kenapa PLN Mati Hari ini....?

Jam sembilanan tadi pagi didepan salon  datanglah truk mobil operasional PLN dengan membawa sebuah trafo besar yang beratnya 1,6 ton, untuk mengganti trafo lama yang kelihatannya sudah tidak layak digunakan karena jumlah pengguna PLN yang sudah semakin banyak, dengan trafo yang baru ini bisa jadi penggunaan lampu bakal lebih terang, begitu yang saya tangkap dari pembicaraan salah seorang kru PLN.

Konsekwensinya, ya hari ini lampu mati, para pekerja bergegas memasang peralatan yang menurut penglihatan saya cukup rumitlah, saya sambil ngangon Thoriq n Tata pun ambil bagian ngerumpiin pekerjaan mereka dengan beberapa orang tetangga yang kesemuanya pria.

" Aduh, kerjaannya bikin mules, itu rantainya kira-kira kuat gak ya...."(ngeliatin mereka menderek trofo lama, yang diiket2 rantai)

"iya tuh mbak, gak kayak yang kemaren mana muda-muda semua yang kerja, kayak yang dulu itu kan enak, pake mobil derek apa gitu.... ini ngeri liatnya..." kata temen A

"kuat tuh rantainya mbak..., sudah diuji...." kata teman B

"oh iyalah, pintarlah mereka dak, kita aja yang liat pada gak yakin..." kata saya, dasar emak-emak nyinyir...

Dengan  usaha yang lumayan menurut saya, akhirnya trafo yang lama berhasil diturunkan, kami yang menonton saja  cemas bukan main, membayangkan kalau-kalau benda berat itu jatuh dan menimpa yang bekerja, belum  lagi waktu trafo yang baru di angkat, bener-bener bikin mules perut. dan trafo yang barupun berhasil dipasang dengan sukses, lega banget rasanya, padahal saya cuma nonton, apalagi yang pada kerja, kepanasan, narik2 tali, ngakat benda seberat itu, kebayangkan tidak mudah juga ngurusin lampu buat kita-kita para pelanggan yang kebanyakn nyinyir pula kayak saya.

sampe saya nulisin ini mereka masih pada diatas tiang, bahkan belum makan keliatannya, pasti semua itu dilakukan agar PLN dapat memberikan pelayan yang terbaik. jujur saja, saya tidak suka lampu mati, karena semua kegiatan saya terutama salon pasti butuh listrik, tapi saya gak mau juga lah nyalah-nyalahin PLN,  nanti kalo saya yang ditantang suru bikin listrik mandiri gimana... saya mah gak berani, pake genset terus mah tekor.

Salut dech buat kru PLN, kalo gak liat begini mungkin gak bisa ngomong, trus ada yang nanya, dibayar brapa sih mbak buat belain PLN, nggak ada juga, cuma membayangkan saja kalo saya yang bekerja seperti mereka.... hua berat baget, swear....

Pelajaran berharga juga buat saya pribadi, gak perlu underestimate dengan kemampuan orang lain hanya dengan melihat, mereka dibidangnya pasti lebih tau....


Kamis, 02 April 2015

Gerakan Sayang Mertua

Bukan rahasia lagi lah ya, kalo  hubungan menantu perempuan dan ibu  mertua itu sering kali panas bahkan membara karena konflik atau dingin seperti salju, menantu  perempuan dan  ibu mertua diam-diaman tanpa komunikasi, bahkan terkesan acuh, meski  tak kurang juga hubungan  menantu perempuan dan ibu mertua yang hanga-hangat kuku, alias baik-baik saja bahkan sangat harmonis.

Pernah seorang teman perempuan bercerita, ibu mertuanya stroke, sehingga  tak mampu lagi berjalan dan duduk sepanjang hari di kursi roda, saat ibu mertua BAB, tak mungkin anak laki-lakinya yang membersihkan, sang menantu mengambil alih, dengan menggunakan masker ia menceboki ibu mertua, dia bilang pada saya "gak sanggup mbak....mau muntah, tapi saya tahan2", bayangkan menceboki dengan masker, apalah perasaan mertua, begitulah, tak mudah memang mengurus orang tua, tapi yang harus diingat beliau, ibu mertua kita, mengurus anak lelakinya  dari mulai mengandung, melahirkan, menceboki, menyuapi, memandikan, mengajarinya banyak hal hingga anak lelakinya tumbuh besar, gagah, pintar, mendapat pekerjaan mapan  dan suatu ketika menikah dengan kita, para istri, ibaratnya mertua yang menanam, para istri yang memanen.

Ketika telah menikah hidup lelakipun beralih kepada keluarganya, istripun mengambil peran besar dalam banyak keputusan yang dilakukan suami, istri pula yang kerap kali  paling berperan  mengelola penghasilan suami, enaknya jadi istri kan, padahal yang capek membesarkan adalah ibu mertua, bahkan seringkali kita sebagai istri lupa memberikan sebagian penghasilan suami pada ibu mertua.

Ketika suami kita dimarahin atau dinasehati atau apalah, kita para istri pula yang tidak terima, merasa ibu mertua ikut campur, suami kita kan bukan anak kecil lagi dan sebagainya, coba kita pikir lagi, dia ibunya, sesuatu yang wajar pula dia marah atau menasehatinya, pun ketika ibu mertua mengomentari cucunya, kita orang pertama yang sakit hati, padahal itu cucunya, anak dari anak lelakinya, wajar kalu dia perhatian, tapi kadang kala kita para istri malah merasa dianggap tidak pintar megurus cucu.

Yuk sayangi ibu mertua, toh kita sudah enak-enakan memanen hasilnya, jangan lupakan juga donk jasa ibu mertua, begini tipsnya
  • Perlakukan ibu mertua sebagaimana kita menghormati ibu kita sendiri, jangan dibedakan 
  • Lakukan komunikasi yang intens, jangan menggurui, sesekali mintalah nasehat
  • Lakukan kunjungan rutin, bertemu tentu berbeda dengan hanya bertelefon, dengan komunikasi langsung, ibu mertua akan tau ketulusan hati menantu
  • Saat kita berkunjung ke tempat mertua, biarkan ibu mertua beramain dengan cucunya, ambil alih pekerjaannya.
  • Seperti di rumah kita sendiri, jangan sungkan di rumah mertua, bukan  pula minta dilayanin seperti tamu, kerjakan apa yang bisa kamu lakukan, menyapu, mencuci piring, memasak, nyikat kamar mandi, semua pekerjaan domestik lah.
  • Jangan hanya posting masak makanan enak, jalan-jalan kemana, jajan enak dimana, ajak juga ibu mertua jalan-jalan, ajak juga ibu mertua makan-makan bersama cucunya, kirim juga makanan enak yang kita buat, toh  duit suami juga, aih ibu mertua sih gak kenal facebook, twitter, IG dan sebagainya, eits siapa bilang, toh ada adik-kakak ipar yang selalu update status dan memberi laporan lengkap pada ibu mertua kita. 
  • Sesekali belikan juga mertua sesuatu seperti baju, mukena, kain, batik, jilbab, tas, dompet,  taplak meja, toples cantik, hatinya pasti akan meleleh (seorang teman bahkan membuatkan iklas suami membuatkan rumah orang tuanya, adalagi yang menghajikan mertua, semoga saya bisa begitu)
  • Gak perlu marah jika suami sering tempat ibunya, begitulah anak seharusnya (saya banget ini... awal menikah kalo suami pulang kerja mampir suka urung-uringan, but believe me....sekarang gak lagi)

sumber : disini

Semua itu tidak mudah, tapi kalau niat, semua pasti bisa, ingat juga kita punya anak lelaki, kelak suatu masa anak kita juga akan punya istri, bagaimana perlakuan kita pada mertua, begitu juga mungkin yang akan dilakukan menantu kita kelak, bila kita perlakukan ibu mertua dengan baik, bukan tidak mungkin suatu ketika menantu kita melakukan hal yang sama.

Saya berterima kasih tak terhingga pada ibu mertua yang telah mendidik suami saya sehingga menjadi suami yang hebat, semoga selalu menjadi suami dan ayah yang hebat bagi keluarga kecil kami sampai akhir hayat saya, saya juga belum mampu menjadi menantu yang hebat, baru bisa menuliskan, dan semoga bisa menerapkan.


#selfreminder