Jumat, 14 Februari 2014, adik ipar saya, yang telah sekian
lama sakit, akhirnya di panggil sang kuasa, kesedihan yang luar biasa bagi kami
semua, tapi kesedihan yang mendalam terlihat pada ibu mertua saya yang telah
mendampingi dan merawatnya selama 20 hari terakhir di rumah sakit. Pur memang memiliki riwayat penyakit yang cukup serius, 2 tahun
yang lalu dia terserang stroke, pada saat itu dia tengah sibuk membuat skripsi,
karena strokenya, kaki dan tangan bagian kiri sempat lumpuh, namun terakhir
sebelum dia dirawat pur sudah bisa mengendarai motornya sendiri meski tangannya belum sepenuhnya bisa
menggenggam.
Hari rabu12 maret 2014, ketika saya akan solat zuhur, my hush cerita
kesaya, bahwa keadaan Pur sudah sangat memprihatinkan, my hush dan Sis (adik
ke-3) yang ikut mendampingi selama
dirawat di RS, M Djamil Padang bersikeras membawa adik ke RS. Harapan kita di
Jakarta. Saya masih ingat pembicaraan waktu itu.
“keadaan pur makin payah bu, sepertinya secepatnya akan
dibawa keJakarta…..”
“bawa orang sakit ke Jakarta ga mudah loh yah, dengan apa
mau di bawa….”
“Sis lagi cari info, lagi tanya-tanya, maskapai mana yang
bisa….”
“ntar kalo kenapa-kenapa di Jakarta gimana, susah loh bawa
pulangnya……”
“kok ibu ngomong gitu….sudah sana solat….”
Menyesal rasanya kok saya keceplosan seperti itu, saya
bicara seperti itu teringat cerita mengenai almarhum ayah saya, meninggal di
Jakarta des 1977 dan dimakamkan di Jakarta, tahun segitu, tentu sangat tidak
mudah membawa mayat ayah saya ke Jambi.
Saya berkata seperti itu juga bukan tanpa alasan, sejak pur
di bawa ke Padang, tiap kali mendapat telpon dari sana, suami selalu pesimis, sepertinya tidak ada harapan, biasanya saya selalu menyemangati agar
kita tidak boleh menyerah, kita harus terus berusaha semaksimal mungkin.
Saya juga teringat, betapa ngototnya saya ke suami ketika
dia dibawa pulang karena tidak puas dengan perawatan di rumah sakit Tebo, saya
menyarankan agar di di bawa kerumah sakit yang lebih baik, karena menurut my hush saat itu keluarga berfikir kearah pengobatan alternative. Namun
jam 9 malamnya, kami ditelfon agar mencarikan mobil, karena adik akan dibawa
kerumah sakit M,Djamil, betapa gembiranya saya, karena ada harapan.
Terakhir saya bertemu adalah hari rabu sore tanggal 30 Januari, saat itu
perasaan saya sudah tidak menentu, ga tega saya melihat keadaanya, tidak
pernah lepas bapak atau ibu mertua memeluknya, sekitar jam 5 sore, dia minta
gunting rambut, mungkin gerah.
Pada hari itu juga beberapa saudara dan tetangga
menjenguk, dia hanya terdiam lemah dan
menatap orang-orang dihadapanya. sulit
bagi saya menggambarkan bagaimana mengartikan tatapan matanya, mungkin
merasakan sakit yang teramat sangat atau mungkin pancaran kesedihan yang
mendalam karena dia tau betapa berat penyakit yang di deritanya. (hasil
usg memperkirakan sirosis dan ada batu
empedu)
Sore hari rabu itu, saya ajak my hush jalan-jalan karena sudah
hampir 3 minggu suami disibukan dengan urusan adik, tampaknya my hush juga sangat stress memikirkan kondisi pur, banyakan pesimisnya dibanding optimis, dijalan dia bilang,
para orang tua menelfon, agar pur tidak usah dibawa ke Jakarta, tapi my hush
dan adik ke-3 masih bersikeras, saya
bilang kesuami, kalo orang tua sudah berkata seperti itu, sebaiknya kita
ikut saja, dalam pikiran saya para orang tua pasti sudah tau bagaimana keadaan pur pada
saat itu. dijalan Sis nelpon, membicarakan mengenai keadaan Pur, my hush langsung bilang supaya rencana bawa
Pur ke Jakarta di batalkan saja. Karena
bapak, pakde dan bude sudah menelpon,
menyarankan seperti itu, saya juga langsung bilang ke suami untuk segera ke Padang menjenguk Pur, my
hushpun berencana berangkat malam sabtu. Namun hari kamis malam pur sudah
dibawa pulang ke Tebo. My hush pun langsung kerumah mertua, menunggu kedatangan
pur.
Ternyata beberapa hari terakhir, pur selalu minta pulang
kerumah, karena melihat kondisinya yang memang sangat payah, menurut bude
nafasnya sudah seperti hilang timbul, sering muntah darah, merasa kepanasan,
pur selalu minta kepalanya disiram air, bahkan dia sempat minta dibawa kekamar
mandi. Akhirnya pulang kerumah menjadi pilihan. Kedua orang tua sudah pasrah.
Jam 2 malam pur sampai di rumah, menurut may hush dia minta dibacakan al-quran, minta hidung dan telinganya juga dibersihkan. esoknya, sehabis solat jumat dirumah, my hush balik lagi ke rumah mertua,
sempat juga membeli kateter, sebenarnya saya pengen sekali ikut, tapi saya
kuatir malah bikin suasana jadi rame, karena toriq bener-bener sedang
lasak-lasaknya.
Jam 4.35, suami telpon, pur sudah tidak ada, sudah di panggil
alloh kesisinya, saya sedih sekali, menyesal kenapa saya tidak ikut melihatnya,
mengantarnya pergi untuk selamananya…
Jam 6 sore saya sampai dirumah mertua, tak tertahan betapa
sedihnya saya, apalagi melihat ibu
mertua dan rika yang terkadang menangis.
Kami bergantian mengaji hingga pagi, tak henti mendoakan pur agar diberi
kemudahan di alam sana.
Malam itu banyak
kerabat, tetangga serta teman-teman pur yang takziah, semua berduka, jam
11 siang kemarin, pur di makamkan, saya tidak ikut mengantarkannya sampai
peristirahatan terakhir. Pergi pada hari yang baik, pergi dalam dekapan kedua orang
tua, pergi dikelilingi orang-orang tercinta, menurut orang yang berada
disekitanya pada hari itu, pur
menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.
Saya jadi teringat tentang buku phsikologi kematian yang
ditulis Bapak Komarudin Hidayat di acara Kick Andy, cara meninggal seperti ini adalah
cara meninggal yang bahagia, dirinya telah merasa siap dipanggil. Dirinya telah
meminta maaf kepada orang yang mungkin
pernah disakitinya. semua orang terdekat mendampingi, orang terdekat sudah
memberikan perhatian yang begitu besar di hari-hari terakhirnya. Sehingga pada
saat dia pergi semua sudah merasa iklas.
Selamat jalan adikku, semoga alloh mengampuni semua dosa
yang pernah kau diperbuat, semoga segala amal ibadahmu diterima alloh SWT,
semoga amal baikmu selama didunia dapat
meenerangimu dialam kubur. Tidak adalagi Purwanto, pribadi yang sangat humoris
dan jarang serius dalam keluarga kami, kami pasti selalu merindukanmu….
Terima kasih untuk semua kerabat handai taulan yang sudah
berpartisipasi, sudah berempati, sudah membantu baik moril dan materil, hanya
allohlah yang akan membalas kebaikan dan keiklasan kalian.
bergaya saat kkn |
bersama tata |
bersama teman di kampus. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih sudah berkunjung & meninggalkan komentar, tunggu kunjungan balik saya
If you follow my blog, I will do too