everything

Minggu, 16 Februari 2014

Akhirnya, Dia Pergi….

Jumat, 14 Februari 2014, adik ipar saya, yang telah sekian lama sakit, akhirnya di panggil sang kuasa, kesedihan yang luar biasa bagi kami semua, tapi kesedihan yang mendalam terlihat pada ibu mertua saya yang telah mendampingi dan merawatnya selama 20 hari terakhir di rumah sakit. Pur memang memiliki riwayat penyakit yang cukup serius, 2 tahun yang lalu dia terserang stroke, pada saat itu dia tengah sibuk membuat skripsi, karena strokenya, kaki dan tangan bagian kiri sempat lumpuh, namun terakhir sebelum dia dirawat pur sudah bisa mengendarai motornya sendiri  meski tangannya belum sepenuhnya bisa menggenggam.

Hari rabu12 maret 2014, ketika saya akan solat zuhur, my hush cerita kesaya, bahwa keadaan Pur sudah sangat memprihatinkan, my hush dan Sis (adik ke-3) yang ikut  mendampingi selama dirawat di RS, M Djamil Padang bersikeras membawa adik ke RS. Harapan kita di Jakarta. Saya masih ingat pembicaraan waktu itu.
“keadaan pur makin payah bu, sepertinya secepatnya akan dibawa keJakarta…..”
“bawa orang sakit ke Jakarta ga mudah loh yah, dengan apa mau di bawa….”
“Sis lagi cari info, lagi tanya-tanya, maskapai mana yang bisa….”
“ntar kalo kenapa-kenapa di Jakarta gimana, susah loh bawa pulangnya……”
“kok ibu ngomong gitu….sudah sana solat….”

Menyesal rasanya kok saya keceplosan seperti itu, saya bicara seperti itu teringat cerita mengenai almarhum ayah saya, meninggal di Jakarta des 1977 dan dimakamkan di Jakarta, tahun segitu, tentu sangat tidak mudah membawa mayat ayah saya ke Jambi.

Saya berkata seperti itu juga bukan tanpa alasan, sejak pur di bawa ke Padang, tiap kali mendapat telpon dari sana, suami selalu  pesimis, sepertinya tidak ada harapan, biasanya saya selalu menyemangati agar kita tidak boleh menyerah, kita harus terus berusaha semaksimal mungkin.

Saya juga teringat, betapa ngototnya saya ke suami ketika dia dibawa pulang karena tidak puas dengan perawatan di rumah sakit Tebo, saya menyarankan agar di di bawa kerumah sakit yang lebih baik,  karena menurut my hush saat itu keluarga  berfikir kearah pengobatan alternative. Namun jam 9 malamnya, kami ditelfon agar mencarikan mobil, karena adik akan dibawa kerumah sakit M,Djamil, betapa gembiranya saya, karena ada harapan.

Terakhir saya bertemu adalah hari  rabu sore tanggal 30 Januari, saat itu perasaan saya sudah tidak menentu, ga tega saya melihat keadaanya, tidak pernah lepas bapak atau ibu mertua memeluknya, sekitar jam 5 sore, dia minta gunting rambut, mungkin gerah.

Pada hari itu juga beberapa saudara dan tetangga menjenguk,  dia hanya terdiam lemah dan menatap orang-orang  dihadapanya. sulit bagi saya menggambarkan bagaimana mengartikan tatapan matanya, mungkin merasakan sakit yang teramat sangat atau mungkin pancaran kesedihan yang mendalam karena dia tau betapa berat penyakit yang di deritanya. (hasil usg  memperkirakan sirosis dan ada batu empedu)

Sore hari rabu itu,   saya ajak my hush jalan-jalan karena sudah hampir 3 minggu suami disibukan dengan urusan adik, tampaknya my hush juga sangat  stress memikirkan kondisi pur, banyakan pesimisnya dibanding optimis, dijalan dia bilang, para orang tua menelfon, agar pur tidak usah dibawa ke Jakarta, tapi my hush dan adik ke-3 masih bersikeras, saya  bilang kesuami, kalo orang tua sudah berkata seperti itu, sebaiknya kita ikut saja,  dalam pikiran saya  para orang tua pasti sudah tau  bagaimana keadaan pur  pada  saat itu. dijalan Sis nelpon, membicarakan mengenai keadaan Pur,  my hush langsung bilang supaya rencana bawa Pur ke Jakarta di batalkan saja.  Karena bapak, pakde dan bude sudah menelpon,  menyarankan seperti itu, saya juga langsung bilang ke suami  untuk segera ke Padang menjenguk Pur, my hushpun berencana berangkat malam sabtu. Namun hari kamis malam pur sudah dibawa pulang ke Tebo. My hush pun langsung kerumah mertua, menunggu kedatangan pur.

Ternyata beberapa hari terakhir, pur selalu minta pulang kerumah, karena melihat kondisinya yang memang sangat payah, menurut bude nafasnya sudah seperti hilang timbul, sering muntah darah, merasa kepanasan, pur selalu minta kepalanya disiram air, bahkan dia sempat minta dibawa kekamar mandi. Akhirnya pulang kerumah menjadi pilihan. Kedua orang tua sudah pasrah.

Jam 2 malam pur sampai di rumah, menurut may hush dia minta dibacakan al-quran, minta hidung dan telinganya juga dibersihkan. esoknya, sehabis solat jumat dirumah, my hush balik lagi ke rumah mertua, sempat juga membeli kateter, sebenarnya saya pengen sekali ikut, tapi saya kuatir malah bikin suasana jadi rame, karena toriq bener-bener sedang lasak-lasaknya.

Jam 4.35, suami telpon, pur sudah tidak ada, sudah di panggil alloh kesisinya, saya sedih sekali, menyesal kenapa saya tidak ikut melihatnya, mengantarnya pergi untuk selamananya…
Jam 6 sore saya sampai dirumah mertua, tak tertahan betapa sedihnya saya,  apalagi melihat ibu mertua dan rika yang terkadang menangis.  Kami bergantian mengaji hingga pagi, tak henti mendoakan pur agar diberi kemudahan di alam sana.

Malam itu banyak  kerabat, tetangga serta teman-teman pur yang takziah, semua berduka, jam 11 siang kemarin, pur di makamkan, saya tidak ikut mengantarkannya sampai peristirahatan terakhir. Pergi pada hari yang baik, pergi dalam dekapan kedua orang tua, pergi dikelilingi orang-orang tercinta, menurut orang yang berada disekitanya pada hari itu, pur  menghembuskan nafas terakhirnya dengan tenang.

Saya jadi teringat tentang buku phsikologi kematian yang ditulis  Bapak Komarudin Hidayat di acara Kick Andy, cara meninggal seperti ini adalah cara meninggal yang bahagia, dirinya telah merasa siap dipanggil. Dirinya telah meminta maaf kepada orang yang  mungkin pernah disakitinya. semua orang terdekat mendampingi, orang terdekat sudah memberikan perhatian yang begitu besar di hari-hari terakhirnya. Sehingga pada saat dia pergi semua sudah merasa iklas.

Selamat jalan adikku, semoga alloh mengampuni semua dosa yang pernah kau diperbuat, semoga segala amal ibadahmu diterima alloh SWT, semoga amal baikmu  selama didunia dapat meenerangimu dialam kubur. Tidak adalagi Purwanto, pribadi yang sangat humoris dan jarang serius dalam keluarga kami, kami pasti selalu merindukanmu….

Terima kasih untuk semua kerabat handai taulan yang sudah berpartisipasi, sudah berempati, sudah membantu baik moril dan materil, hanya allohlah yang akan membalas kebaikan dan keiklasan kalian.


 beberapa foto  almarhum

di fapet unja


bergaya saat kkn

bersama tata

bersama teman di kampus.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung & meninggalkan komentar, tunggu kunjungan balik saya

If you follow my blog, I will do too