everything

Senin, 11 April 2016

Jajanan Nyebelin

Jajan, anak kecilpun tau banget dengan kata-kata ini, sebenarnya saya paling sebel kalau anak njajan, tapi ya gimana lagi ya, sulit banget untuk sama sekali tidak njajan ini. Kenapa tidak boleh jajan?, bukan tidak boleh sama sekali, tapi sering kali anak-anak ini beli jajanan yang menurut standar kita para orang tua tidak baik buat kesehatan. Apalagi kami tinggal di pinggir jalan raya, dimana aneka jajanan yang menggoda selalu lewat berganti-ganti. 


Jajanan pertama yang saya tidak suka jika anak saya beli  adalah minuman jenis sachetan yang ditambah air plus es batu dan  aneka minuman gelas-gelasan. Pernah anak saya beli pas saya cicip, alamak manisnya minta ampun, sampai terasa gimana gitu di leher. Ada juga beraneka es-esan yang warna-warni semacam es lilin dengan aneka pilihan rasa, harganya sih memang sangat murah, karena manisnya itu anak-anak jadi sangat suka dan ketagihan.



Biasanya anak saya masih bisa di bujuk, kalau saya bilang itu tidak baik, biasanya dia akan berargumen, 

"mbak sely minum es itu boleh bu", maka saya akan bilang 
"nanti kalau tata sudah sebesar mbak sely itu, baru boleh", anak salon yang pada beli dimarahin, kalo beli tidak boleh didepan anak-anak-anak. Berhasil hari ini.


Besoknya tiba-tiba pulang minta duit, mau beli es itu lagi, saya bilang, 

"kan masih kecil, belum boleh" dia langsung menjawab, 
"itu tadi si A beli, masih kecil kok boleh?". Si A adalah anak tetangga yang umurnya baru 3 tahun, haduh, cari akal lagi 
"es itu manis banget nak, nanti mbak tata batuk, mbak tata anak pintar kan, nanti kita beli sirup saja ya". 
"Si A tidak pintar ya bu"
"iya..." #didampratibunya.


Jajanan kedua adalahan jajanan yang bungkusnya seperti telur, separo berisi susu dan coklat, separo lagi isinya mainan sekuti-kutil, menurut saya harganya mahal, belum lagi benda ini selalu nagkring tepat didepan kasir minimarket yang sudah ada sampai kepelosok desa itu #cobatebak. Teman saya bilang anaknya tiap hari beli itu, pernah juga sekali beli karna sama bapaknya 10 biji #pengsan. Tapi syukurnya anak saya masih bisa di bujuk dengan jajanan yang lain, kalau kata Thoriq.

"Jangan beli itu mbak tata, itu pait, mahal, nanti duit ibu habis" itu pasti ajaran saya yang kurang tepat kan, tapi itu cukup ampuh kok, biasanya di ganti susu kotak, es krim atau biskuit sudah mau, lumayan lebih mengenyangkan.

Begitulah ya, anak kecil sekarang  ini sudah pintar sekali berargumen, kadang membandingkan dengan temannya. Sering kali jengkel juga saat sudah tidak kuasa membujuk mereka, menyalahkan anak orang kan tidak bijaksana, saat kita berusaha membujuk anak untuk tidak beli, tau-tau dengan sukses temannya lewat menikamati jajanan itu, tentu hati jengkel bukan main, tapi telen saja sendiri. Memberi pengertian sampai sengerti-ngertinya pada anak sendiri itulah tugas kita dan swear... itu berat banget.












Minggu, 10 April 2016

Susah Makan dan Mudah Makan

Punya dua anak itu jelas punya banyak perbedaan, ini yang mau saya ceritakan soal urusan makan dan seleranya terhadap makanan.

Tata, karena mungkin anak pertama, saya sangat proktektif atau boleh dibilang hati-hati sekali dalam urusan makanan sejak dia mulai belajar makan, mulai dari MPASI yang sedapat mungkin selalu dibuat sendiri, tidak boleh makan jajanan yang gurih-gurih, tidak boleh makan permen, cemilannya hanya buah atau roti-rotian.

Hasilnya?, yes, sampai umur 2 tahun dia tidak tau yang namanya makan permen, kalo makan permen itu masuk mulut bentar, trus di lepeh lagi, umur 15 bulan mogok yang namanya makan nasi, takut mencoba jenis makanan yang baru, makan buah sangat sulit, sampai dimanapun berada, saat anak lain merasa ngences atau ngiler dengan makanan temannya, anak saya ini tetap tak peduli, baginya makanan ya hanya susu. Sayapun terpaksa memberikan susu yang menurut iklan tv cocok untuk anak yang sulit makan atau tidak mau makan #korbaniklan. Maka tiap kali ketempat si mbah atau saudara dekat lainnya, pertanyaan yang ditujukan pada saya adalah, apa Tata sudah doyan nasi?.

Tata mulai minta nasi itu ketika umurnya hampir 5 tahun dan mulai rutin makan nasi sejak akhir 2015 kemarin. Sampai sekarangpun masih pilih-pilih, maunya telur goreng, daging dan beberapa jenis ikan. sayuran tidak mau, katanya rumput. Untuk mengakali, saya buat aneka telur dadar dengan isi sayuran atau wortel, yah lumayanlah, dia tidak menolak. Bagi saya itu sudah pencapaian yang sangat hebat, meski harus terus berusaha bagaimana supaya dia doyan juga makan sayur tanpa perlu didadar.

Berbanding terbalik dengan adiknya, pengalaman terlalu ketat yang diterapkan apada anak pertama, membuat saya ganti metode. Thoriq boleh makan apa saja, maksud saya segala makanan boleh diberikan pada thoriq sejak dia mulai MPASI, dengan jumlah yang wajar, tapi memang tampaknya dia berbeda dengan kakaknya, tiap kali melihat orang makan, mulutnya berkecap-kecap dan tangannya juga menunjuk-nunjuk, terlihat bahwa dia ingin makanan itu.

Sekarang usianya sudah 3 tahun lebih, segala jenis makanan dia mau, paling hobi makan nasi pakai sayur, sayur apa saja yang penting tidak pedas, bahkan wortel mentahpun dia doyan. Buah-buahan jangan dibilang, pisang, nanas, apel, pear, semangka, melon, salak, mangga tidak ada yang ditolak, bahkan mangga mentahpun dia doyan. Makan permen jangan ditanya, sejak satu tahun sudah bisa makan permen, apalagi sekarang, tapi tentu saja tidak saya belikan.

Saya tidak tau apakah selera makan mereka ini ada korelasinya dengan pola makan mereka sejak mengenal makanan, atau mungkin memang pembawaan masing-masing anak yang berbeda. Bisa jadi juga karena thoriq anak laki-laki jadi lebih mudah dalam urusan mengkonsumsi makanan dibanding kakaknya yang perempuan. Namun demikian pertumbuhan fisik kakaknya tampak lebih baik, sementara adiknya ya hanya menjolor keatas, berat badannya segitu-segitu saja.













Senin, 04 April 2016

Daster Sobek

Siapa sih yang gak kenal daster, rasanya semua perempuan terutama yang sudah jadi mamak-mamak paling suka memakai pakain jenis ini. Nah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (halah), daster adalah gaun yang sengaja dibuat longgar untuk di pakai dirumah, ingat ya untuk dipakai di rumah. Daster ini macam-macam jenis bahannya, ada yang kaos, ada yang katun atau satin, motifnya juga banyak, ada motif batik, bunga-bunga, hewan, polos, garis, kotak. Dari segi warnapun beraneka rupa, mulai dari warna yang lembut sampai gonjreng-gonjreng menyolok mata.

Dulu nih ya, saya sering bilang gini kalo liat-ibu-ibu pake daster terutama yang berbadan besar #sungkem, "nanti kalo saya jadi ibu-ibu, saya gak mau pakai daster, abis makan berapa piringpun tetap nggak terasa kenyang",  maksudnya karena longgar itu, jadi menurut saya waktu itu kalo sering pake daster bakal mudah gemuk, gitulah kira-kira.


Seiring waktu, saat hamil anak pertama, saya tetap tidak mau pakai daster, sampailah ketika kehamilan delapan bulan dan sudah mulai tidak nyaman dengan celana,ditambah testimoni beberapa teman yang bilang enak kalau pakai daster, maka saya pun beli satu, enak di pakai ternyata dan lanjut beli satu lagi.


Saya tipe perempuan yang berpenampilan sangat rapi (menurut saya) hanya kalau pergi kondangan, pengajian atau mau ke mall sama suami dan anak-anak, yang namanya di rumah dengan seabrek pekerjaan, lebih nyaman pake daster pendek, sampai satu daster yang sudah tidak layakpun masih setia saya pakai, jaitan pinggir tangan dan leher sudah berlepasan semua. Kata suami beberapa hari lalu "mbok ya itu daster untuk lap bu", huh terlalu.


Sampai sekarang kok masih susah ya move on dari daster sobek, kayaknya nyamaaan banget di pakai, dan rasanya eman-eman dibuang, lagian juga cuma didalam rumah yang tidak ada orang lain. Tapi  sekarang daster juga merambah ke pasar sayur, cuma yang agak bagusan dikitlah, pasangi jilbab plus helm kan gak ada yang mengenali. Eh akhir-akhir ini  juga pengajian saya pakai daster batik, karena sejak perut segede gini daster katun motif batik nyaman banget dipakai, nyerap keringat dan tidak terlalu terasa panas kayak bahan lainnya. Sepertinya definisi daster menurut KBBI sudah tidak relevan buat saya, karena sudah dipakai kemana-mana.

Daster oh daster, Hayo, siapa yang suka make daster sobek di rumah?