everything

Selasa, 25 Oktober 2016

Masak sendiri

Memasak adalah salah satu kegiatan rutin saya sebagai ibu rumah tangga, kenapa mau repot memasak? ya elah, karena sayalah yang harus bertanggung jawab terhadap kecukupan gizi keluarga, makanan yang higienis, serta makanan yang sehat  di rumah ini (sok-sokan banget iki jawabane). Prinsip saya membeli makanan diluar tidak mengapa, asal memang sudah kepepet, misalnya ga sempat masak karena banyak kerjaan, lagi jalan-jalan dan gak sempat bawa bekal ato bekalnya sudah habis, trus pengen nyobain kuliner yang baru buka, makanan yang tidak bisa buat sendiri alias kalo bikin sendiri malah ribet, maka membeli menjadi solusi.

Ada babarapa alasan utama kenapa saya memilih lebih sering memasak sendiri dibanding membeli yaitu :

1. Murah
Memasak sendiri itu murahnya keterlaluan, bandingkanlah dengan membeli, misal sarapan pagi 2 bungkus nasi uduk Rp. 16.000, makan siang 2 bungkus nasi padang ampera Rp. 24.000, kalo RM sederhana gak dapet yo, makan malam 2 bungkus pecel lele Rp. 30.000, total Rp. 68.000. Itu saya cm beli 2 bungkus saja ya, karena tata & torik biasanya makan kongsi dengan saya. Nah kalo anak2 ini sudah besar tentu itungannya lain lagi. Jumlah segitu kalo dibelikan bahan dan masak sendiri bisalah untuk 2 hari, sehari masak pake ikan/ayam, sehari lagi pake telur atau tempe, masih bisa pake sayur juga hihihi. Contoh sederhana saja, irit kan?.

2. Waktu
Sebagai mamak rumahan, saya punya cukup waktu untuk memasak. Kebetulan juga dari dulu memasak itu adalah merupakan suatu kesenangan bagi saya, bisa bikin masakan yang berganti-ganti, nyobain resep baru dan ternyata hasilnya enak itu amazing dan bikin kecanduan, apalagi ditambah anak bilang "hmmm syeedap". Sering juga makanan belum mateng tata & torik sudah nungguin gak sabar pingin nyicip, sampe manjat-manjat pake kursi ngintipin masakannya, rasanya tuh bahagia banget, merasa jadi mamak yang hebat, halah.

3. Selera
Nah ini, SELERA, jujur saja kalo membeli kan rasanya ya begitu-begitu (menurutku loh), apalagi yang banyak bakul makanan disini kan orang padang dengan rasa minangnya yang khas, pedas, minyak berlinang-linang, bersantan kental, kuat asin, kuat penyedapnya. Sementara saya terbiasa lidah jowo yang kalo masak selalu pake gula, kalo bikin masak bersantan gak terlalu kental, gak pake msg (kalaupun make dikit banget, itupun makanan tertentu). Kalau beli nasi bungkus juga sayurnya paling kacang panjang, daun ubi rebus atau gulai nangka, itu-itu saja. Kalau masak sendirikan bisa pilih sayuran sesukanya, masaknya juga bisa ditumis, dibening, direbus saja atau apalah-apalah. Anak juga masih kecil-kecil yang makannya belum mau pedas, alhasil masakan dirumah lebih banyak yang tanpa cabe, meskipun sambal tetap wajib. Saya juga punya resep ajaib ala-ala supaya anak doyan, misal telur goreng pake kacang panjang,  segala tumisan gak pake cabe yang penting pake saus tiram, tidak memenuhi kaidah memasak yang baku, tapi anak saya doyan dan makannya banyak.

4. Kebersihan
Sudah pastilah ya, mengolah makanan sendiri jadi  lebih yakin dengan kebersihannya, kan kita sendiri yang menyiangi, kita sendiri yang mencuci aneka bahan itu, apalagi kalo my bojo, nyuci ikan atau ayam, haduh abis air banyak banget, padahal cuma setengah kilo ini. Kalo beli, karena mengolah dalam jumlah banyak kuatirnya mereka terburu-buru, meskipun gak semuanya juga begitu, banyak juga lah rumah makan yang punya standar kebersihannya tinggi.

5. Kesehatan
Makanan yang sehat juga bisa jadi pertimbangan, kita bisa memilih atau membuat menu makanan yang sehat, tidak hanya kepraktisannya saja. Kita juga bisa menghindari mengolah makanan yang tidak baik untuk kesehatan. Misal dirumah ada yang darah tinggi, kita bisa menghindari makanan yang memicu darah tinggi, ada yang kena asam urat, pilih makanan yang tidak mimicu asam urat naik dan sebagainya. Makanan sehat itukan juga tidak identik dengan mahal, bahan yang murah meriah juga bisa menghasilkan makanan yang enak dan tidak kurang gizinya.

Begitulah kenapa memasak sendiri lebih menjadi pilihan saya, poin utamanya adalah yang nomer satu ya, murah, jadi bikin pengeluaran untuk makan gak bengkak. Makan sehari-hari tampaknya sepele, tapi jika tiap hari membeli tentu terasa mahalnya. Kalau rajin masak sendiri kan bisa lebih hemat, sisa uangnya bisa ditabung untuk keperluan lainnya yang penting juga, misal beli anti aging, hihihi. Ingat bahwa makan untuk hidup, bukan hidup untuk makan. Bagaimana dengan anda suka masak sendiri atau beli?.




Selasa, 18 Oktober 2016

Me Time

Punya 3 anak yang semuanya masih kecil itu, waktu 24 jam sehari terasa begitu singkat, kayaknya baru melek mata, eh taunya sudah malam pulak. Pekerjaanpun seperti tidak pernah rampung-rampung, ada saja yang harus dikerjakan. Baru saja nyapu lantai dan beresin mainan, beberapa menit kemudian mainan sudah berserak lagi plus remahan makanan dimana-mana, nyapu lagi. Baru juga cuci piring dan teman-temannya, sebentar kemudian banyak lagi piring dan aneka wadah yang kotor buat mainan air, atau apalah, cuci lagi. Begitulah kira-kira pekerjaan ibu-ibu dirumah, tampak sepele, tak menghasilkan uang tapi tiada habisnya.

Kalau dilakoni dan dipikir serius segala aktifitas rutin ini yo iso gilo, makanya ketika anak tidur, baik tidur siang atau malam, langsung ngerjain sesuatu yang bikin seneng hati, me time gitu loh. Me time itu momen penting bagi tiap orang untuk beristirahat dari aktifitas sehari-hari dan menyediakan waktu bagi diri sendiri. Bukan untuk suami bahkan anak-anak. Tanpa meluangkan "me time" seseorang bisa jadi lebih mudah lelah, bad mood, wajah kusam, bosan hingga merasa tertekan (wajah kusam? oh my ....., pentingnya me time sama kayak lotion pencerah wajah, eh anti aging). Eits, me time ini juga bukan melulu para wanita ya, laki-laki butuh me time juga.

Menurut Ayoe Sutomo, M.Psi sebuah kegiatan bisa dikategorikan me time jika memenuhi empat manfaat ini jika anda melakukannya yaitu :

1. Bisa memahami diri sendiri jadi lebih mendalam dan lebih baik. Anda jadi pribadi yang lebih baik, memandang segala sesuatu dan optimis serta siap menghadapi tantangan hidup yang menunggu didepan.

2. Meningkatkan mood, merasa bahagia dan sejahtera tanpa ada rasa bersalah. Jika anda merasa menyesal karena telah menghabiskan uang berlebihan hanya untuk belanja pakaian (yang awalnya dimaksud untuk me time) maka waktu yang anda luangkan tadi tidaklah berguna.

3. siap berkomunikasi dan berinteraksi dengan lebih baik terhadap lingkungan. Baik lingkungan keluarga, tetangga, teman maupun kerja.

4. membuat kondisi mental jadi lebih baik, Jauh dari stres, kesal, marah atau uring-uringan, memandang hidup jadi lebih positif.


Nah kalau buat saya sendiri, me time itu sederhana banget, begitu anak tidur langsung do something yang bikin seneng misalnya :

1. Olahraga, semacam jejingkrakan (senam) didepan kaca, lari-lari kecil, sit up,  atau ngontel sepeda ini lumayan rutin saya lakukan, ngontel sepeda selama 30 menit, membakar sekitar 150-170 kalori, lumayanlah menjelang todi bangun saat tidur dipagi hari. Sementara si toriq kasi aja sepiring makanan sambil nonton film kartun.

2. Internetan, misal buka facebook, baca timeline itu asli menyenangkan, apalagi yang lucu-lucu, kadang sampai sore masih senyum-senyum sendiri mengingatnya. Blog walking juga sangat menyenangkan, bisa dapat banyak info penting, kadang juga baca serunya kegiatan sehari-hari dari para ibu yang kejadiannya sama dengan yang kita alamai, jadi tidak merasa sendirian. Ngisi blog, sesekali saat ide dikepala serasa meletup2, bisa dituliskan, sapa tau bemanfaat, nulisin perkembangan anak, biar kelak anak tau apa yang dilakukan ibunya kala mengasuh mereka.

3. Nonton TV, nonton berita, mata najwa, kick andi ato ilc, bikin lupa semua gawean. Biar gak ketingalan topik2 kekinian yang lagi heboh kayak kasus dimas kanjeng, aa gatot, mario teguh, pilkada DKI, haduh seru dan bikin gemes, hihihi. 

4. Sesuai bacanya, m-i  t-i-m-e, artinya waktunya makan mi, hahaha, bolehlah ya seminggu sekali makan mi sedaap rasa soto (bukan mi yang iklannya neng syantik sambil berdecak-decak, melet-melet itu ya, pernah nyoba kok rasanya malah aneh dilidah ...hekekek). Mienya pake rawit, tomat, telor dan beberapa lembar sawi, rasanya uenaak tenan. Ini biasanya malam hari, makannya sepiring berdua sama mantan. Di sini kalo beli  mie instan kayak maling, diam-diam terus diumpetin dalam plastik hitam biar gak konangan ma tata n toriq.

Nah itu me time saya, soal memenuhi kriteria 4 kayak kata mbak ayoe diatas apa nggak embohlah, yang penting saya hepi saja. Mau me time yang plesir-plesir, shoping, nyalon, ngafe wes gak masuk itungan, sebab yang namanya keluar dari rumah ya harus berlima, jadi malah bukan me time. 

sumber http://wolipop.detik.com/read/2013/10/31/180751/2400954/1135/pentingnya-punya-me-time-bagi-wanita-agar-jauh-dari-stres