everything

Rabu, 10 Agustus 2016

Tentang Full Day School

Bolehlah berpendapat tentang hal yang lagi rame diberita-berita itu yaitu Full Day School ya, versi mamak-mamak yang anaknya mulai sekolah, dari yang saya baca, pak mentri mengungkapkan 3 alasan wacana full day school ini yaitu:

1. Tidak ada mata pelajaran, menurut pak mentri full day scool ini pemberian jam tambahan, jadi yang akan dilakukan adalah kegiatan ekstrakurikuler yang meliputi 18 karakter seperti jujur, tolerasi, disiplin, cinta tanah air dan sebagainya, bisa jadi semacam pramuka, keterampilan, kesenian atau olahraga.

2. Orang tua bisa jemput anak ke sekolah, nah ini terutama buat anak-anak yang kedua orang tuanya bekerja dari pagi hingga sore, sehingga sekalian bisa menjemput anak disekolah. tapi untk yang orang tuanya fleksible pekerjaannya, bisa jadi menjemput anak sekolah kapan saja tidak masalah.

3. Membantu sertifikasi guru, sejak adanya sertifikasi ini memang dibeberapa sekolah kekurangan jam dan menimbulkan banyak pro dan kontra, di satu sisi menambah pendapatan guru disisi lain ada target jam yang harus dipenuhi, hal ini menyebabkan beberap guru mengajar di 2 sekolah atau lebih untuk memenuhi tuntutan mengajar 24 jam. Hal itu juga jadi pertanyaan kiranya efektifkah mengajar di banyak sekolah apalagi sekolahnya jauh-jauh, takutnya si guru sudah kecapean dan sudah tidak konsentrasi mengajar, siswa juga yang dirugikan. Nah full day school ini akan bisa menjadi solusi.

Kalo pendapat saya pribadi sih setuju dengan adanya sekolah semacam ini, tapi pastinya tidak bisa serta-merta diberlakukan juga kan?. Banyak yang perlu dipersiapkan, sekolah yang menerapkan full day school kan harus punya fasilitas yang lengkap, kantin, mushola,  wc, sarana-sarana yang mendukung kegiatan ekstra kurikuler seperti lapangan olahraga, peralatan olah raga, peralatan musik dan masih banyak lagi.

Belum lagi ketersedian gurunya, apakah nanti guru-gurunya tidak keberatan disekolah hingga sore, kalau guru perempuan kan juga harus mengurus anak dan rumah, kalau guru laki-laki juga biasanya istrinya agak keberatan kalau sering-sering sampai sore disekolah (nah itu saya banget). Tidak mudahlah menerapkan full day school ini menurut saya.

Dari sisi kemampuan siswa dan orang tua siswa juga banyak hal yang dipertimbangkan, dengan full day school ini pasti akan menambah banyak biaya, misal untuk makan dan minum, membeli peralatan dan perlengkapan kegiatan ekstra tadi, pengeluaran bertambah, apakah semua mampu?. Apakah anaknya juga mampu mengikuti kegiatan sebanyak itu, bagaimana dengan yang fisiknya lemah, apakah istirahat disekolahnya cukup, sementara kayak anak saya kalau tidur siang sampai 2 atau 3 jam.

Sekarang kan juga banyak sekolah model-model gini, yang pulangnya sampai sore, jadi terserah kedua orang tuanya serta menimbang kemampuan anak akan di masukan kesekolah mana, kalau anaknya mau dan orangtuanya mampu ya tidak apa, yang pentinga tidak memaksa. Tersedia bermacam jenis sekolah kan menguntungkan kita, jadi kita juga bisa memilih yang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan.

Sebagai ibu rumah tangga yang sering kerepotan dirumah, rasanya full day school ini lumayan membantu dalam bayangan saya, kan saya bisa mengerjakan banyak hal saat anak disekolah, gak kuatir anak akan keluyuran, main game, disekolah juga bisa bermain dengan teman-temannya sambil melakukan kegiatan-kegiatan yang positif  dan asyik, asal jangan dijejali pelajaran wajib kayak matematika atau IPA seharian.

Lah terus saya setuju apa tidak? setuju dan tidak setuju, ora jelas banget kan? Emboh lah, kalau saya semangat empat lima berkomentar gini ke my bojo, jawabnya sungguh nyebelin, "ibuk tuh gak usah mikirin yang kayak gini, banyak kok orang pinter-pinter di negeri ini, mending ibuk mikir gimana rak tipi gak berdebu" hya... selalu koyok ngono.


sumber : https://nasional.tempo.co/read/news/2016/08/10/079794640/3-alasan-menteri-muhadjir-full-day-school-akan-menyenangkan

9 komentar:

  1. Fasilitas sekolah dan kesiapan guru memang harus benar-benar dipikirkan ya. Karena beberapa gedung (sekolah) negeri juga masih ada yang bobrok & kekurangan guru. Kalau sekolah swasta dengan fasilitas bagus biasanya biayanya sudah pasti nggak terjangkau masyarakat ekonomi lemah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. bener mbak, sekolah umum itu masih minim fasilitas, wc aja sering sangat memprihatinkan..

      Hapus
  2. kalau sekolahnya udah bagus fasilitasnya, dan ngerti psikis anak berapa jam ideal utk belajar formil dan berapa jam utk ekskul dan maen, mungkin full day school bisa dicoba....tapi kalo kondisinya sebaliknya, mending seperti biasa aja lah, nurut saya, terutama yang sekolah umum

    BalasHapus
    Balasan
    1. setuju mbak ria, tapi sepertinya masih terus di diskusikan, kayaknya memang bakal diterapkan..

      Hapus
  3. Meski tujuannya baik, seharusnya tidak melempar wacana ke masyarakat jika tidak dilengkapi dengan data riset & penelitian yg valid, karena masyarakat sekarang sangat responsif, jadi buang2 energi utk pro kontra yg tidak ada pijakannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget kak Lusi. Apalagi skrg sdh jaman serba digital. Penyebaran informasi & response jg lebih cepat terhadap wacana tersebut. ^^

      Hapus
  4. jika didukung dgn fasilitas yg memadai ya ga masalah. tapi tentu perlu biaya cukup besar dan tidak semua sekolah neri bisa sanggup menerapkan full day school

    BalasHapus
  5. sebenarnya konsep full day sdh lama ada...tp hanya untuk sekolah yg betul2 di butuhkan
    dan biayanya bisa dikatakan mahal
    kalau sekarang semua otomatis begitu.... tentu tidak semua wali murid mampu membayar mahal

    sukurlah ide ini msh di kaji ulang

    BalasHapus

Terima kasih sudah berkunjung & meninggalkan komentar, tunggu kunjungan balik saya

If you follow my blog, I will do too