everything

Jumat, 06 September 2013

Negeri Yang Tidak Agraris Lagi

Dulu waktu masih SD mpe SMA, tiap belajar IPS ato ekonomi, sering disebut2 kalo negara kita ini adalah negara agraris dan negara maritim, negara kita disebut negara agraris karena sebagain besar mata pencarian penduduknya adalah bertani.sekarang apakah negara kita tercinta ini masih layak untuk menyandang gelar seperti itu.....menyandang gelar agraris, mestinya negara kita mampu menghidupi bangsa ini tanpa impor2  hasil pertanian dari negara luar....mestinya juga kita malah yang ekspor.... kalo di tilik dari luasnya negara kita dibanding Vietnam, Thailan ato negara asia lain....

Apa yang salah dengan negara kita ini, petaninya yang bodoh, ato pemerintah yang tidak tepat mengelola sektor pertanian ini....mengutip editorial media  Indonesia beberapa hari yang lalu, saya sepakat, bahwa pemerintah tidak fokus dan punya visi, misi yang jelas di bidang pertanian, sekarang banyak lahan sawah yang produktif tergerus menjadi tempat industri, sementara kemampuan untuk mencetak sawah baru tidak berbanding lurus dengan jumlah lahan yang hilang karena alih fungsi tadi....sektor pendukung, seperti irigasi juga sudah banyak yang rusak, untuk memperbaikinya dibutuhkan triliunan, tapi semua ini hanya sebatas wacana....

Di era SBY ini, sektor pertanian benar2 kacau, beberapa komoditi pertanian yang tidak penting-penting amat, harganya meroket tajam, seperti cabe merah, yang pernah menembus angka Rp.120.000/kg, harga jengkol menembus angka Rp 80.000,-/kg, bawang merah Rp 50.000/kg , daging sapi baru2 ini                 Rp 120.000/kg...sementara yang sedang membuat resah dan gelisah saat ini adalah harga kedelai di kisaran Rp. 8900/kg - Rp. 10.000/kg mencapai level tertinggi sepanjang sejarah bangsa ini...seandainya kita hanya krisis beras, mungkin kita masih maklum, karena beras  merupakan bahan pokok pangan, artinya beras memang di konsumsi mayoritas penduduk Indonesia sehingga kebutuhannya juga tinggi, tapi kalo harga cabe, bawang yang tinggi, yang hanya digunakan  sebagai bumbu atau pelengkap membumbung tinggi, rasanya ya kok tidak wajar......ada apa dengan petani kita?

Masih mengutip editorial media indonesia, tahun 2050diperkirakan  petani hanya akan menjadi dongeng.... menurut saya hal ini mungkin saja terjadi, jika pemerintah tidak serius memperbaiki sektor ini, sekarang petani pun tidak ingin anaknya menjadi petani, kenapa? karena petani masih dinggap pekerjaan yang rendah, penghasilannya rendah, identik dengan miskin....adik saya pernah magang di Jepang, di Jepang itu petani kaya2, pemerintanya memberi dukungan yang besar di sektor ini, mereka menyediakan modal, peralatan yang canggih, pupuk yang tersedia, sehingga menjadi petani itu tidak bekerja berat, lebih efisien, dan tidak perlu kotor2, kata induk semang adik saya di Jepang, bertani  seperti di Indonesia.... ribet dan capek....

Di daerah  Sitiung, Dharmasraya, dibangunlah sebuah irigasi yang besar, dananya sekitar 1 triliun lebih, dan diresmikan leh presin SBY, saya sempet jalan2 di tempat ini, tapi miris, daerah yang di rencanakan sebagai area persawahan, sekarangpun sedikit demi sedikit berubah menjadi perkebunan, sawit ditanami karet, di tanami sawit, cos generasi mudanya tak hendak lagi bersusah payah, berjemur-jemur menanam padi, generasi seperti mertua saya sudah semakin sedikit....apa yang salah dengan semua ini......

Petani seringkali menikmati harga yang murah,sementara dialah yang lelah bekerja, berpanas2, konsumen membeli dengan harga yang mahal, panjangnya mata rantai perdagangan komoditi pertanian menyebabkan margin harga yang besar, dan itu tidak pula di nikmati oleh petani, tapi justru pedagang yang memperoleh keuntungan besar...belum lagi susahnya mendapatkan pupuk serta harga yang mahal, mestinya pemerintah banyak belajar dari negara Jepang, Vietnam, China, Thailand.... tidak hanya sibuk mengirim pemuda kita untuk magang setiap tahun tapi tanpa program  lanjutan yang jelas....mereka pulang hanya bercerita betapa menakjubkannya pertanian di sana....tanpa dapat mengaplikasikan apa yang mereka lihat dan pelajari di sana.

Negara kita sibuk menjadikan negara ini negara industri, akhirnya negara indutri pun tak tercapai, nasib negara agrarispun tak lagi di sandang..., mestinya besarpun harapan kita agar negara dan bangsa ini maju, tetaplah penting bagi kita untuk memajukan sektor pertanian, negara dan pemerintah harus mampu mengatasi masalah ini, impor, impor dan impot tidak lah digunakan sebagai cara untuk menyelesaikan masalah kekurangan bahan pangan di negri ini.... mestinya pemerintah terus berupaya agar rakyatnya mau bertani, pembangunan tidak hanya di kota, tapi bangunlah juga pedesaan, sehingga tak hendak rakyatnya berbondong-bondong migrasi ke kota karena didesanya identik dengan bertani dan miskin, susah mencari uang, bangunlah berbagai sarana prasarana yang mendukung agar pertanian bergeliat kembali, jalan yang lancar, irigasi yang baik, modal yang tersedia, pupuk yang murah dan mudah di dapat, dan keterlibatan pemerintah dalam perdagangan untuk memutus panjangnya mata rantai perdagangan komoditi pertanian. pemerintah juga harus mampu menstabilkan harga pada saat panen....

Saya sangat optimis negara kita mampu jika mau....karna sesungguhnya dalam bangsa yang besar ini begitu banyak orang-orang yang hebat, negara tetangga seperti Vietnam dan Thailan yang belajar dari bangsa ini, justru saat ini sektor pertaniannya lebih baik dari negara kita....janganlah energi kita terkuras habis untuk pilkada2 yang tidak penting itu, menghamburkan uang triliunan.... tanpa hasil yang signifikan. saya merindukan lagi negara kita yang gemah ripah loh jinawi disebut negara agraris, yang mampu memenuhi kebutuhan bahan pangan bangsa ini dari tangan rakyatnya sendiri....
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih sudah berkunjung & meninggalkan komentar, tunggu kunjungan balik saya

If you follow my blog, I will do too